“HIJRAH MENJADI KHALIFAH
TERBAIK”
Edisi 011
|
|
|
|
|
|
|
|
16 NOVEMBER 2012 /
Th. I
|
|
02
Muharram 1434 H
|
|
Manusia awalnya hanya berupa sel
sperma yang bertemu dengan sel telur. Ia adalah
sel sperma unggul yang telah mengalahkan jutaan sel sperma lain.
Begitulah hakekatnya manusia. Manusia adalah mahluk unggul yang tak sekadar
mampu betahan hidup dengan tantangan alam yang komplek, tetapi juga mampu mengubah wajah dunia menjadi
berperadaban seperti sekarang. Manusia adalah khalifah di atas muka bumi.
Apakah
mungkin manusia mampu melaksanakan semua tuntutan itu, jika manusia tidak
dibekali potensi yang besar pula. Mana mungkin manusia bisa menjalani fase
kehidupan berat, jika mereka tidak lebih unggul ketimbang mahluk lain. Itulah
fitrah manusia. Rasulullah Saw, telah berhasil menyadarkan kaum Muslimin pada
masanya, akan fitrah itu, dan beberapa generasi setelahnya, hingga tampil
menjadi soko guru peradaban di dunia ini.
Lantas apa rahasia keberhasilan
mereka? Inilah bebarapa di antaranya.
1. Menjadikan hijrah sebagai solusi atas segala
permasalahan.
Allah Swt telah mengizinkan nabi
Muhammad Saw untuk berhijrah menuju madinah. Sejak itu terjadilah hijrah
sebagai bagian dari syariat yang berlaku sampai hari kiamat, sebagaimana dikhabarkan oleh
Rasulullah Saw, dalam sabdanya :
“Hijrah tidak akan terputus
sampai taubat terputus. Dan taubat tidak akan terputus sampai matahari terbit
dari tempat tenggelamnya. (HR. Abu
Dawud)
Hijrah
merupakan bagian dari syariat Allah Swt yang diserukan kepada Rasulullah Saw.
Ini dapat dilihat dari satu penggalan sejarah di mana beliau pernah dua kali
memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah ke Habasyah ketika tekanan kaum
kafir Makkah semakin bertambah.
Dalam kondisi seperti itu
Rasulullah berdo’a kepada Rabbnya, sebagai mana terdapat dalam firmanNya:
“Ya Tuhanku, masukkanlah aku
secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku dengan keluar yang benar
dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS. Al-Isra
[17] : 80)
Begitu
besarnya nilai yang terkandung dalam syariat hijrah, Allah Swt mengancam
orang-orang yang mampu berhijrah namun tidak berhijrah sebagaimana
firman-Nya adalah :
“Sesungguhnya orang-orang yang
diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
malaikat berkata, “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Adalah
kami orang-orang tetindas di negeri (Makkah).” Para malaikat berkata, “Bukankah
bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?” Orang-orang itu tempatnya neraka jahanam itu
seburuk-buruk tempat kembali.”
(QS. An-Nisa [4] :97)
Ini
adalah ancaman yang sangat berat bagi orang yang meninggalkan hijrah tanpa
alasan yang syar’i. Ayat yang mulia ini bersifat umum bagi siapa saja yang
menetap (tinggal) di wilayah kaum
musrikin yang tidak memungkinkan baginya untuk menegakan agamanya dan ia mampu
untuk pindah dari wilayah tersebut.
Allah Swt berfirman:
“Dan barang siapa yang hijrah di
jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat
hijrah yang luas,” (QS. An-Nisa [4] :100)
Ibnu
Qayyim Al-Jauziah menjelaskan bahwa hijrah itu terdiri atas dua macam: fisik
dan hati, demi menuju Allah Swt dan rasul-Nya. Inilah hijrah hakiki dan akar
pondasi semua amalan hijrah. Hijrah seperti ini hukumnya fardhu ‘ain dan tidak
berakhir hingga datangnya hari kiamat. (Red “lihat Edisi 006, 12 Oktober 2012”)
2. Aktif berkompetisi dalam jihad.
Untuk menegakan peradaban Islam
yang mulia, kaum Muslim tentu bakal mendapat banyak perlawanan. Perlawanan ini
harus dihadapi dengan jihad. Itulah barometer pengukur kualitas iman dan
ketaatan. Jika kaum Muslim menyadari hal itu, tentu hati, pikiran, dan tenaga,
menjadi lebih fokus dan kreatif untuk memenangkan perjuangan. Mereka menjadi
manusia terpilih di antara manusia-manusia pilihan, sebagaimana firman Allah
Swt :
“Kemudian Kitab itu kami wariskan
kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karuna yang amat besar.”
(QS. Fatir [35] :32)
Ibnu
Katsir dalam tafsirnya menjelaskan maksud ayat tersebut, yaitu orang-orang yang
melakukan kewajiban seta meninggalkan yang diharamkan dan yang dimakruhkan.
Ibnu Abbas berkata, “Orang yang berlomba berbuat kebaikan akan masuk surga
tanpa dihisab, orang yang pertengahan akan masuk surga dengan rahmat Allah Swt,
dan orang yang menganiaya diri sendiri serta ash-haabul a’raaf akan masuk surga
dengan syafa’at Muhammad Saw.
Di
dalam Alqur’an, Allah Swt menjelaskan dua rahasia agung yang membuat kaum
Muslimin menjadi kaum terdepan, yaitu hijrah dan jihad, serta dipandu ruh
keimanan. Ini dijelaskan oleh Allah Swt pada ayat berikut:
“Orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka,
adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan .
(QS. At-Taubah [9] : 20)
Iman
yang terlahir dari ma’rifat (mengenal) yang dalam terhadap Allah Swt, akan
menyadarkan kita bahwa diri ini memiliki kekuatan dahsyat. Makhluk piihan yang
dibekali berbagai keutamaan. Kesadaran ini menumbuhkan keparcayaan diri yang
tinggi. Karenanya tidak ada kata lemah, apalagi menyerah, dalam kamus hidup
kaum Muslim.
Allah Swt berfirman:
“Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang beriman.” (QS. Ali Imran
[3] : 139)
Kiat Mewujudkan Keunggulan Diri
Bagaimana
cara membangkitkan keunggulan yang kita miliki? Bagaimana mengulangi sejarah
kejayaan Islam yang pernah tampil sebagai umat tedepan dalam membangun
kemaslahatan dunia? Berikut ini kiat-kiatnya:
1. Meningkatkan kualitas Iman dan amal saleh dengan tarbiyah
aqliyah (pembelajaran akal), ruhiyah (ruh), dan jasadiyah (jasad), baik dalam lingkup pribadi,
keluarga, ataupun masyarakat.
Firman Allah Swt :
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.
(QS. An-Nuur [24] :55)
2. Sabar dan yakin bahwa potensi keunggulan umat Islam pasti
bisa dibangkitkan kembali.
Firman Allah Swt :
“Maka kelak kamu akan melihat dan
mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila.
Sesungguhnya tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapatkan pepetunjuk.” (QS. Al-Qalam [68] :5-7)
3. Tidak mengikuti propaganda musuh-musuh islam.
Firman Allah Swt:
“Maka janganlah kamu ikuti
orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Mereka menginginkan supaya kamu
bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak.”
(QS. Al-Qalam [68] :8-9)
4. Melibatkan Allah Swt. Dalam mengatasi musuh-musuh islam.
Firman Allah Swt:
“Biarkanlah Aku bertindak
terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.”
(QS. Al-Muddatsir [74] :11)
5. Mengharapkan bantuan dan imbalan surga dari Allah Swt
semata . Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin malik Ra.
Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya Allah berfirman,
“Apabila aku menguji hamba-Ku
dengan kedua matanya, kemudian dia bersabar, maka aku gantikan surga
baginya.” (HR. Bukhari )
Dengan momentum tahun baru 1434 H ini, marilah kita
tingkatkan hijrah secara maknawiyah,
yaitu meninggalkan maksiat, menjaga pergaulan dari lingkungn yang tidak baik,
beribadah kepada Allah saat sulit dan penuh fitnah, dan hidupn yang berprestasi
(produktif). Insya Allah kita tergolong orang-orang yang saleh dan sabar.
Ammin..
(Edisi 011,
ZD Lubis)
SUSUNAN REDAKSI
Pelindung : Sutrisman, Bc.IP, SH
Ketua : Maulana Lutfianto Amd IP SH.
Wakil Ketua : David Anderson Amd IP SH.
Bendahara : Masrialdi
Team Redaksi : Eddy Junaedi, ZD Lubis, Ridwan M. Thayib
Editor : Heri Fadrianto M. Ag
Alamat : Jl. Trans Tembesi – Barelang B A T A M Kepulauan Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.