SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA BATAM

Jumat, 26 Oktober 2012

SUARA AT-TAUBAH “HAKIKAT QURBAN”

“HAKIKAT QURBAN”
Edisi 008

26 Oktober 2012 / Th. I
10 Dzulhijjah 1433 H
Qurban menurut bahasa berasal dari kata Qaraba-Yaqrabu, Qurbanan, yaitu isim masdar yang berarti adalah menyembelih binatang ternak, dengan maksud semata-mata mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Hukum kurban adalah sunat mu’akad seperti dalam firman SAllah Swt Surat Al-Kautsar ayat 2 “Maka kerjakanlah Shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” Sabda nabi Muhammad Saw “Aku disuruh (diwajibkan) berkurban dan kurban itu sunah hukumnya bagimu (umatnya)  (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah juga Bersabda :
“Barang siapa memiliki kemampuan tapi tidak berkurban, jangan ia mendekati tempat shalatku.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Daging qurban itu bukan ditujukan untuk Allah Swt,  tapi untuk dibagi-bagikan untuk dibagi-bagikan kaum muslimin dan muslimat, tetangga dan fakir miskin (yang menjaga kehormatannya), dan orang fakir (yang meminta), daging qurban harus bermanfaat bagi orang hidup, tidak boleh diletakkan di temat-tempat tertentu seperti  yang dilakukan para penyembah berhala.
Qurban yang sampai kepada Allah Swt hanya dengan  keikhlasan dan ketaqwaan orang yang berkurban, Allah Swt berfirman :
“Dagingnya tidak akan sampai kepada Allah dan tidak pula darahnya, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah bakti kalian. Demikianlah Dia memudahkan (kurban-kurban) itu untuk kalian agar kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya kepada kalian, dan hendaklah kalian memberi khabar gembira  kepada orang-orang yang membuat kebajikan”.
(Qs. Al- Hajj [22] : 37)

Allah Swt  menegaskan hakikat Qurban, melalui kisah nabi Ibrahim dan putranya yang tercinta Nabi Ismail dengan firman-Nya:
“Ketika  anak itu sampai (umur bisa) berusaha beserta bapaknya, Ibrahim berkata, “hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang deperintahkan kepadamu. Engkau akan mendapatiku, insya Allah, termasuk orang-orang yang sabar. Ketika mereka berdua telah berserah diri dan dia merebahkan anaknya ada pelipisnya, (kami menahannya,). dan Kami berseru kepadanya, “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah mengerjakan perintah dalam mimpi itu dengan benar. Sesungguhnya, begitulah Kami membalas orang-orang yang berbuat kebaikan.” Sesungguhnya ini adalah cobaan yang nyata (beratnya). Kami telah menebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami pun mengabadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan generasi kemudian, (yaitu) kesejahteraan dilimpahkan ke pada Ibrahim! Begitulah kami membalas orang yang berbuat kebaikan.” (QS. As-Saffat [37] : 102-110)

                Idul Adha adalah kembali kepada pemahaman hakikat qurban yang berpangkal dan konsep keimanan dan kemanusiaan, dua pilar terpenting peradaban manusia. Kurban mengandung tiga makna yang sarat dengan  pelajaran moral (I’tibar), yang bisa membekali manusia untuk memperjuangkan nilai-nilai Ilahiah serta Kemanusiaan, terutama bagi kita yang sedang diuji  untuk menjadi manusia yang lebih sempurna:

1.            Qurban bermakna Taqarrub, yakni mendekatkan diri kepada Allah. Kedekatan antara hamba dan pencipta  (khalik) tidak mungkin terjadi  bila sang hamba berjiwa kotor, berhati keras, dan berpikir jahat. Untuk itu, ketika takbir Idul adha datang menyapa relung batin manusia, maka kesadaran nurani, yang selama ini tertutup nafsu, ambisi dan kepentingan pribadi harus tergugah.
Allah maha dekat yang kedekatannya melebihi urat nadi manusia, hanya bisa didekati dengan mengingat Allah dan keinginan kuat membenahi sikap beragama yang selama ini mulai ternodai oleh penyakit hati seperti hasad, iri , dengki, khianat, dan lainnya, agar seseorang mampu rendah diri  di hadapan Allah Swt dan instrospeksi diri terhadap kesalahan dan kekeliruan sendiri tanpa harus mencari keslahan orang lain.
                Ketika kita diterpa musibah silih berganti, hati yang gelap pun bertanya. “Dimanakah pertolongan Allah?” Pertanyaan ini muncul dari keraguan dan prasangka negatif terhadap Allah Swt. Selama ini orang yang mengharap pertolongan Allah Swt justru sering berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Manusia yang hatinya gelap juga gemar menghujat ajaran kelompok lain yang dirasa berbeda, tetapi perilaku dan nilai ajaran yang dihujat justru tumbuh subur pada si penghujat, orang yang sering mengutuk, mencaci, menghina orang lain, tapi di luar itu tanpa disadarinya justru ia ternyata menggantikan kemungkaran dan kebiadaban orang yang dihujatnya.

2.            Qurban merupakan konsep pengorbanan yang dilandasi keikhlasan dalam menjalankan pengabdian, tugas, dan perjuangan tanpa megharapkan balasan dan pujian serta  keuntungan materi yang menjadikan nilai kesalehan kita sia-sia.
Keikhlasan dan ketulusan jiwa memunculkan ketegaran dan ketulusan dan istiqomah, meskipun seseorang sedang diasingkan, dikucilkan, ditinggalkan oleh masyarakat  banyak, lebih dari itu, rasa ikhlas yang sejati akan membuat hidup selalu memperoleh kemenangan, karena “diberikannya rahmat dan cobaan, bagi orang yang bertaqwau sama saja, semua berasal dari Allah Swt”.
Lebih dari itu, rasa ikhlas yang sejati akan membuat hidup sesorng selalu merasa memperoleh kemenangan dalam kekalahan, kenyang dalam kelaparan, cukup dalam kekurangan, aman dalam ketakutan, dan selalu optimis walau derita dan cobaan silih berganti.
                Kehancuran bangsa dan Negara ini diakibatkan tipisnya rasa pengorbanan dari warga Negara, dengan pengorbanan yang sangat minim bahkan nyaris belum pernah berkorban, bahkan Negara yang selalu berkorban untuk kita, akan membuat warganya kurang Sens of Belonging (rasa memiliki), begitu juga pengorbanan kita dengan agama, apa bila kita tidak mau berkurban untuk menegakkan “amar ma’ruf dan nahi mungkar’, mengagungkan kalimat “laailaha ilallah” di muka bumi ini, maka wajar jika iman kita ikut menipis.
                Tujuan jangka pendek dan kesenangan sesaat yang acap kali menipu dan mengelabui, akan sirna oleh keikhlasan  dari pribadi yang mengharap cahaya  Allah Swt. Sosok ikhlas dan siap berkurban akan tegar mengalami penderitaan dan cobaan, juga tabah jika dihujat atau di salahkan. Biarlah seperti lilin yang  rela dirinya terbakar, demi menerangi orang lain.
               
3.            Qurban yang disimbolkan dengan menyembelih hewan, merupakan teladan dari nabi Ibrahim As saat diperintah Allah untuk mengorbankan Anaknya Ismail. Teladan tersebut, mampu menyentuh kesadaran intelektual dan imajinasi seorang hamba. Tindakan nabi Ibrahim As, adalah kemenangan Insan  atas nafsu hewaniah, ego, kepentingan pribadi, primordialisme, dan sectarian.
Kita juga mengenal konsep qurban  sejak dahulu; sejak masa Habil dan Kabil,  dua putra nabi Adam As  diperintah untuk berkurban untuk menguji ketulusan mereka berdua dihadapan Allah Swt. Dari kisah Habil dan Kabil bisa diambil pelajaran bahwa Allah menerima qurban bukan dari bentuk lahiriah, melainkan dari ketulusan jiwa yang berkurban.
                Semangat berkurban yang dicontohkan nabi Ibrahim bukan untuk mengorbankan manusia lainnya demi tujuan dan keuntungan sesaat sebagai mana dilakukan penguasa zalim sepanjang sejarah, melainkan sikap meyerahkan dengan ikhlas, sesuatu yang telah  dititipkan Allah Swt pada kita.
                Ketika Allah Swt telah dinomorsatukan dalam kehidupan, apapun siap dikorbankan  demi mempertahankan aqidah, baik itu harta , pangkat, jabatan, harga diri, bahkan mungkin Nyawa kita sekalipun. 
                Peristiwa yang di contohkan nabi Ibrahim jangan kita lupakan, karena dari sana dapat diambil pelajaran berharga bahwa manusia tidak boleh dikorbankan dan diganti dengan hewan, karena pada masa jahiliyah saat itu masyarakat setempat biasa mengorbankan manusia.
                Mari kita menambil hikmah dari semangat Idul Qurban, kita buang sifat hewani yang ada pada diri kita, kita ambil sifat manusia sesuai fitrah dan kita sempurnakan hingga bisa mendekati sifat malaikat. Dengan ketaqwaan  kepada Allah Swt.
 (Edisi 008. ZD Lubis)
Kami segenap Team redaksi Buletin Suara At-taubah dan Majelis Ta’lim  mengucapkan :
‘Mohon maaf lahir dan Bathin’

SUSUNAN REDAKSI 
Pelindung                : Sutrisman, Bc.IP, SH 
Ketua                     : Maulana Lutfianto Amd IP SH. 
Wakil Ketua           : David Anderson Amd IP SH.
 Bendahara              : Masrialdi 
Team Redaksi : Eddy Junaedi, ZD Lubis, Ridwan M. Thayib 
 Editor                     : Heri Fadrianto M. Ag 
 Alamat : Jl. Trans Tembesi – Barelang B A T A M Kepulauan Riau. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

BERITA NASIONAL TERBARU