“HAKIKAT QURBAN”
Edisi 008
|
|
|
|
|
|
|
26 Oktober 2012 / Th. I
|
|
10 Dzulhijjah
1433 H
|
|
Qurban menurut bahasa berasal
dari kata Qaraba-Yaqrabu, Qurbanan, yaitu isim masdar yang berarti adalah
menyembelih binatang ternak, dengan maksud semata-mata mendekatkan diri kepada
Allah Swt.
Hukum kurban adalah sunat mu’akad
seperti dalam firman SAllah Swt Surat Al-Kautsar ayat 2 “Maka kerjakanlah
Shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” Sabda nabi Muhammad Saw “Aku disuruh
(diwajibkan) berkurban dan kurban itu sunah hukumnya bagimu (umatnya) (HR. At-Tirmidzi)
Rasulullah juga Bersabda :
“Barang siapa memiliki kemampuan
tapi tidak berkurban, jangan ia mendekati tempat shalatku.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Daging qurban itu bukan ditujukan
untuk Allah Swt, tapi untuk
dibagi-bagikan untuk dibagi-bagikan kaum muslimin dan muslimat, tetangga dan
fakir miskin (yang menjaga kehormatannya), dan orang fakir (yang meminta),
daging qurban harus bermanfaat bagi orang hidup, tidak boleh diletakkan di
temat-tempat tertentu seperti yang
dilakukan para penyembah berhala.
Qurban yang sampai kepada Allah
Swt hanya dengan keikhlasan dan
ketaqwaan orang yang berkurban, Allah Swt berfirman :
“Dagingnya tidak akan sampai
kepada Allah dan tidak pula darahnya, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah
bakti kalian. Demikianlah Dia memudahkan (kurban-kurban) itu untuk kalian agar
kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya kepada kalian, dan hendaklah kalian
memberi khabar gembira kepada
orang-orang yang membuat kebajikan”.
(Qs. Al- Hajj [22] : 37)
Allah Swt menegaskan hakikat Qurban, melalui kisah nabi
Ibrahim dan putranya yang tercinta Nabi Ismail dengan firman-Nya:
“Ketika anak itu sampai (umur bisa) berusaha beserta
bapaknya, Ibrahim berkata, “hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia menjawab, “Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang deperintahkan kepadamu. Engkau akan mendapatiku,
insya Allah, termasuk orang-orang yang sabar. Ketika mereka berdua telah
berserah diri dan dia merebahkan anaknya ada pelipisnya, (kami menahannya,).
dan Kami berseru kepadanya, “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah mengerjakan
perintah dalam mimpi itu dengan benar. Sesungguhnya, begitulah Kami membalas
orang-orang yang berbuat kebaikan.” Sesungguhnya ini adalah cobaan yang nyata
(beratnya). Kami telah menebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Kami pun mengabadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan generasi
kemudian, (yaitu) kesejahteraan dilimpahkan ke pada Ibrahim! Begitulah kami
membalas orang yang berbuat kebaikan.” (QS. As-Saffat [37] : 102-110)
Idul
Adha adalah kembali kepada pemahaman hakikat qurban yang berpangkal dan konsep
keimanan dan kemanusiaan, dua pilar terpenting peradaban manusia. Kurban
mengandung tiga makna yang sarat dengan
pelajaran moral (I’tibar), yang bisa membekali manusia untuk memperjuangkan
nilai-nilai Ilahiah serta Kemanusiaan, terutama bagi kita yang sedang
diuji untuk menjadi manusia yang lebih
sempurna:
1. Qurban bermakna Taqarrub, yakni mendekatkan diri kepada
Allah. Kedekatan antara hamba dan pencipta
(khalik) tidak mungkin terjadi
bila sang hamba berjiwa kotor, berhati keras, dan berpikir jahat. Untuk
itu, ketika takbir Idul adha datang menyapa relung batin manusia, maka
kesadaran nurani, yang selama ini tertutup nafsu, ambisi dan kepentingan
pribadi harus tergugah.
Allah maha dekat yang
kedekatannya melebihi urat nadi manusia, hanya bisa didekati dengan mengingat
Allah dan keinginan kuat membenahi sikap beragama yang selama ini mulai
ternodai oleh penyakit hati seperti hasad, iri , dengki, khianat, dan lainnya,
agar seseorang mampu rendah diri di
hadapan Allah Swt dan instrospeksi diri terhadap kesalahan dan kekeliruan
sendiri tanpa harus mencari keslahan orang lain.
Ketika
kita diterpa musibah silih berganti, hati yang gelap pun bertanya. “Dimanakah
pertolongan Allah?” Pertanyaan ini muncul dari keraguan dan prasangka negatif
terhadap Allah Swt. Selama ini orang yang mengharap pertolongan Allah Swt
justru sering berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Manusia
yang hatinya gelap juga gemar menghujat ajaran kelompok lain yang dirasa
berbeda, tetapi perilaku dan nilai ajaran yang dihujat justru tumbuh subur pada
si penghujat, orang yang sering mengutuk, mencaci, menghina orang lain, tapi di
luar itu tanpa disadarinya justru ia ternyata menggantikan kemungkaran dan
kebiadaban orang yang dihujatnya.
2. Qurban merupakan konsep pengorbanan yang dilandasi
keikhlasan dalam menjalankan pengabdian, tugas, dan perjuangan tanpa
megharapkan balasan dan pujian serta
keuntungan materi yang menjadikan nilai kesalehan kita sia-sia.
Keikhlasan dan ketulusan jiwa memunculkan
ketegaran dan ketulusan dan istiqomah, meskipun seseorang sedang diasingkan,
dikucilkan, ditinggalkan oleh masyarakat
banyak, lebih dari itu, rasa ikhlas yang sejati akan membuat hidup
selalu memperoleh kemenangan, karena “diberikannya rahmat dan cobaan, bagi
orang yang bertaqwau sama saja, semua berasal dari Allah Swt”.
Lebih dari itu, rasa ikhlas yang
sejati akan membuat hidup sesorng selalu merasa memperoleh kemenangan dalam
kekalahan, kenyang dalam kelaparan, cukup dalam kekurangan, aman dalam
ketakutan, dan selalu optimis walau derita dan cobaan silih berganti.
Kehancuran
bangsa dan Negara ini diakibatkan tipisnya rasa pengorbanan dari warga Negara,
dengan pengorbanan yang sangat minim bahkan nyaris belum pernah berkorban,
bahkan Negara yang selalu berkorban untuk kita, akan membuat warganya kurang
Sens of Belonging (rasa memiliki), begitu juga pengorbanan kita dengan agama,
apa bila kita tidak mau berkurban untuk menegakkan “amar ma’ruf dan nahi
mungkar’, mengagungkan kalimat “laailaha ilallah” di muka bumi ini, maka wajar
jika iman kita ikut menipis.
Tujuan
jangka pendek dan kesenangan sesaat yang acap kali menipu dan mengelabui, akan
sirna oleh keikhlasan dari pribadi yang
mengharap cahaya Allah Swt. Sosok ikhlas
dan siap berkurban akan tegar mengalami penderitaan dan cobaan, juga tabah jika
dihujat atau di salahkan. Biarlah seperti lilin yang rela dirinya terbakar, demi menerangi orang
lain.
3. Qurban yang disimbolkan dengan menyembelih hewan,
merupakan teladan dari nabi Ibrahim As saat diperintah Allah untuk mengorbankan
Anaknya Ismail. Teladan tersebut, mampu menyentuh kesadaran intelektual dan
imajinasi seorang hamba. Tindakan nabi Ibrahim As, adalah kemenangan Insan atas nafsu hewaniah, ego, kepentingan
pribadi, primordialisme, dan sectarian.
Kita juga mengenal konsep
qurban sejak dahulu; sejak masa Habil
dan Kabil, dua putra nabi Adam As diperintah untuk berkurban untuk menguji
ketulusan mereka berdua dihadapan Allah Swt. Dari kisah Habil dan Kabil bisa
diambil pelajaran bahwa Allah menerima qurban bukan dari bentuk lahiriah,
melainkan dari ketulusan jiwa yang berkurban.
Semangat
berkurban yang dicontohkan nabi Ibrahim bukan untuk mengorbankan manusia
lainnya demi tujuan dan keuntungan sesaat sebagai mana dilakukan penguasa zalim
sepanjang sejarah, melainkan sikap meyerahkan dengan ikhlas, sesuatu yang
telah dititipkan Allah Swt pada kita.
Ketika
Allah Swt telah dinomorsatukan dalam kehidupan, apapun siap dikorbankan demi mempertahankan aqidah, baik itu harta ,
pangkat, jabatan, harga diri, bahkan mungkin Nyawa kita sekalipun.
Peristiwa
yang di contohkan nabi Ibrahim jangan kita lupakan, karena dari sana dapat
diambil pelajaran berharga bahwa manusia tidak boleh dikorbankan dan diganti
dengan hewan, karena pada masa jahiliyah saat itu masyarakat setempat biasa
mengorbankan manusia.
Mari
kita menambil hikmah dari semangat Idul Qurban, kita buang sifat hewani yang
ada pada diri kita, kita ambil sifat manusia sesuai fitrah dan kita sempurnakan
hingga bisa mendekati sifat malaikat. Dengan ketaqwaan kepada Allah Swt.
(Edisi 008. ZD Lubis)
Kami segenap Team redaksi Buletin
Suara At-taubah dan Majelis Ta’lim
mengucapkan :
‘Mohon maaf lahir dan Bathin’
SUSUNAN REDAKSI
Pelindung : Sutrisman, Bc.IP, SH
Ketua : Maulana Lutfianto Amd IP SH.
Wakil Ketua : David Anderson Amd IP SH.
Bendahara : Masrialdi
Team Redaksi : Eddy Junaedi, ZD Lubis, Ridwan M. Thayib
Editor : Heri Fadrianto M. Ag
Alamat : Jl. Trans Tembesi – Barelang B A T A M Kepulauan Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.