SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA BATAM

Rabu, 06 Juni 2012

MENGINGAT ALLAH “ZIKRULLAH”


MENGINGAT ALLAH “ZIKRULLAH”
“Hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang” (QS :  Ar-Ra’d [13] : 28 )
Filosofi zikir sebagai sebuah aspek rohani, sehingga orang melakukan pengamalan zikir:

Buletin :       Edisi 003
05 Oktober 2012 / Th. I
19 Dzulqaidah 1433 H

1.    Zikir adalah perbuatan yang diwajibkan bagi seluruh umat manusia. Alqur’an menjelaskan;
      “Sebutlah (ingatlah) tuhanmu, dan beribadahlah kamu    kepada-Nya dengan sepenuh hati” (QS Al-Muzammil            [73] : 8)
“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan mengingat sebanyak-banyaknya” (QSAl-Ahzab [33] : 41-42)
2.    Tak kalah pentingya dengan ajaran zikir sebagai suatu kewajiban adalah apa yang diistilahkan dengan “prinsip timbal balik” karena tatkala seseorang mengingat Allah, maka Allah akan mengingatnya;
“Ingat kepada-Ku, maka aku akan mengingatmu”           (QS Al-Baqarah [2] :152)

3.    Ajaran penting lainnya tentang Zikir adalah hakekat ingat mengingat dan yang diingat ( Zikr, Zakir dan Mazkur) adalah satu, ini merupakan misteri yang sulit diterangkan, tapi sebagaimana yang diterangkan dalam hadist Qudsi dengan keberkahan yang dilimpahkan Allah kepada hamba-Nya yang berzikir.
“Hambaku senantiasa mendekati-Ku dengan amalan-amalansunnah, sehingga Aku mencintainya, maka Aku menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya ia melihat dan menjadi tangannya yang dengannya ia mengambil dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, seandainya ia meminta kepada-Ku, tentu Aku akan memberinya, dan seandainya ia meminta perlindungan kepada-Ku, tentu Aku akan memberinya” ( HR Bukhari )
4.    Ajaran tentang zikir adalah bahwa zikir menggambarkan keadaan tidak lalai, sebab Allah menciptakan manusia untuk tujuan ini, sehingga manusia sudah selayaknya untuk tidak melalaikan Allah, jadi kenapa kita berzikir? Karena kita semua adalah makhluk yang diciptakan oleh-Nya, adalah satu kewajiban yang tak bisa ditawar, apalagi Allah maha melihat, sehingga apa yang kita lakukan tak ada satupun yang lolos penglihatan-Nya.
5.    “Matikan dirimu sebelum datangnya mati, Siapa yang ingin melihat orang merasakan mati dalam beribadah lihatlah Sayyidina Abu Bakar Siddiq (Al Hadis)
6.    “Wahai umatku, Siapa yang tidak terasa mati, tidaklah ia terlihat akan hak Allah”
7.    Ketika itu Ruh Bersama Nur melaksanakan amal ibadah berhadapan dengan Allah “Dan sesungguhnya kepada Tuhanmu tempat kembali”
8.    “Siapa yang melihat Aku cukuplah dia melihat Hak Aku”
9.    “Dimanapun kamu menghadap, disitulah wajah Allah”
10. Tentang Zikir juga dalam, Annur 15, 25, 35. Annisa 103. Al-‘Araf 205180, 55, 56. Ali Imran 41. Al-Ankabut 45. Dan hadis-hadis Qudsi.   
Ibnu Qayyim Al-Jauziah menjelaskan  “Barang siapa mengingat hati yang bersih, kendaknya ia mendahulukan Tuhannya ketimbang sahwatnya, karena hati yang “terpaut” oleh sahwat tertutup dari Allah sesuai dengan kadar keterpautannya” dengan sahwat itu, hati adalah wadah Allah di atas bumi-Nya, maka hati yang lebih dicintai-Nya adalah hati yang lebih “tinggi’  (kadar kesucianya), lebih keras (kuat), lebih bersih, jika hati itu diberi makan dengan zikir, disiram dengan tafakur dan sebersihkan daricela, ia akan (mampu) melihat berbagai keajaiban dan akan di ilhami oleh Hikmah”
Karena itu, efek zikir sebenarnya memiliki sentuhan yang  cukup kuat menyentuh relung hati, zikir tak saja menyepuh karat kerak dalam hati, melainkan juga memberikan cahaya yang bisa memberikan jalan terang bagi manusia untuk bisa meniti jalan setapak, dalam mengarungi kehidupan yang kering kerontang di dunia ini.
Tiga tingkatan zikir dikalangan Sufi :
1.    Zikir diucapkan dengan  lisan
2.    Zikir dalam hati untuk tingkat yang lebih dalam
3.    Zikir yang tertanam kuat yakni diucapkan secara otomatis kapan saja di dalam hati, didalam lisan, bahkan zikir dengan seluruh tubuh.
Dari kitab Bidayah al Hidayah :
1.    Mendapatkan dan mencari ilmu agama yang bermanfaat.
2.    Menyibukkan diri dengan macam-macam ibadah bezikir, bertasbih, membaca Alqur’an, shalawat, adalah derajat para ahli ibadah.
3.    Anda mengerjakan sesuatu yang membawa kebaikan kepada kaum muslimin, menimbulkan kegembiraan dihati orang-orang mukmin, atau memudahkan pekerjaan yang baik bagi orang-orang shaleh,
Terdapat  hadis  “ Amal yang paling utama adalah mengembirakan hati mukmin”, Al’jilani pernah mengatakan  “ Engkau tidak akan sampai kepada Allah dengan beribadah malam dan berpuasa diwaktu siang, melainkan dengan sikap pemurah, tawaddu dan lapang dada.”
4.    Anda tidak mampu mengerjakan itu, maka bekerjalah anda mengurus kebutuhan-kebutuhan anda dengan mencari nafkah untuk diri anda atau keluarga anda dalam keadaan orang-orang muslim selamat dari diri anda dan mereka aman dari tangan dan lidah anda dan selamat  pula agama anda dengan tidak melakukan maksiat, dengan begitu anda akan memperoleh derajat Ashabul Yamin. Jika anda tidak termasuk orang-orang yang masuk  kepada kedudukan orang-orang yang sebelumnya.
Maka anda tidak boleh menyia-nyiakan keluarga yang berada dalam tanggungan, dan menghabiskan waktu hanya untuk melakukan ibadah-ibadah, berusaha dan menuyibukkan diri mencari rezeki yang halal juga merupakan wirid anda.
Jika anda rutin mencari nafkah dan juga tidak lupa berzikir kepada Allah Swt dalam pekerjaan anda dengan bertasbih, berzikir, membaca Alqur’an, dan menyedekahkan harta yang lebih dari pada yang anda butuhkan, itu lebih utama dari semua zikir yang telah disebutkan diatas, karena ibadah yang manfaatnya meluas bagi orang lain lebih bermanfaat dari pada ibadah yang manfaatnya untuk diri sendiri.
5.    Derajat terendah dalam maqam-maqam agama, pekerjaan yang meruntuhkan Agama, atau anda menyakiti seorang hamba diantara hamba-hamba Allah Swt, ini adalah martabat orang-orang yang celaka.
Filusuf besar Ibnu Arabi, dalam bukunya “Futuhat Makiyah”
Kriteria orang-orang yang dicintai Allah Swt atau wally dalam Alqur’an dan menemukan  8 kriteria :
1.    Orang yang mengambil  Alllah Swt sebagai pelindungnya.
2.    Orang yang mencintai allah Swt dan berusaha maniru sifat-sifat-Nya, orang yang sangat penyabar, pengasih, penyayang, pemaaf dsb.
3.    Orang yang senantiasa kembali kepada Allah Swt, bertaubat, setiap kali kepleset melakukan maksiat, dengan segera ia bertaubat.
4.    Orang yang selalu berusaha mensucikan diri, lahir dan bathin.
5.    Orang yang selalu bersabar atas takdir yang ditetapkan Allah Swt.
6.    Orang yang selalu bersyukur atas nikmat              Allah Swt bagi para wali; musibah dan anugerah itu sama sama nikmat, sebab kedua-duanya berasal dari Allah Swt.
Walli besar Syaikh Abdul Qodir Jailani dalam Al-Lujainid Dani menulis :
“ Tidak ada orang yang senang saat menerima bencana dan merasakan kelezatannya, kecuali orang yang mengenal Sang Mubli, pemberi bencana”
7.     Orang yang selalu berbuat baik dan memperbaikinya, alias Muhsin.
8.     Orang yang selalu menghadirkan Allah Swt dalam hatinya, dalam setiap detak jantung dan hembusan nafas.
Menurut Syaikh Abdul Kodir Jailani, keperibadian manusia dibagi 4 katagori :
1.     Orang yang tidak punya lidah dan hati, yang mayoritas tidak peduli dengan/akan kebenaran dan keutamaan suatu amal, mereka hanya tunduk kepada indera fisik dan hawa nafsu.
2.     Mereka yang punya lidah tapi tak punya hati, bicara bagus dan menarik, janji janjinya melenakan, tapi tidak berbuat apa-apa.
3.     Mereka yang punya Hati tapi tidak punya lidah, Mereka sadar akan kekurangan dan kelemahannya sehingga berusaha terus menyucikan diri dan beibadah dengan sungguh-sungguh. Manusia jenis ini lebih suka diam, enggan mengkritisi keadaan yang tidak benar.
4.     Mereka yang punya hati dan lidah, dan inilah sebaik-baik manusia, mereka punya pengetahuan sejati, dilengkapi  bimbingan Allah Swt. Menjadi penyambung kenabian, menegakan kebenaran, mencegah  kemungkaran.
Untuk menjadi manusia katagori tertinggi menurut  Abdul Qodir Jailani. adalah :
Manusia harus menjalani 4 tahapan pengembangan spiritual :
I.            Meyakini Allah Swt secara total dan menjalankan ajaran-Nya dengan baik tanpa pertolongan siapapun.
II.           Sudah mendekati kesucian hati yaitu ketika berusaha memenuhi kebutuhan dasar tapi menahan diri dari kehidupan Hedonistik, dengan mengikuti hati nurani.
III.         Bertawakal, berserah diri kepada Allah Swt.
IV.         Dalam keadaan fana, yaitu ketika seseorang dekat dengan Allah bahkan merasa seolah-plah menyatu dengan-Nya.
Amal yang diridhai Allah ada empat jalur;
Zikir, yakni hati yang ingat memandang bahwa dirinya  adalah A’in dari waujud Allah dan selalu teringat akan kelakuan Allah pada jasadnya.
Tafakkur, merenungkan akan keagungan Allah dan terasa dirinya hina.
❸  Rasa Fakir, tertanam dihatinya rasa fana pada Allah dan Baqa dengan Allah.
❹ Al-Hub, yakni Cinta kasih dan rasa malu kepada Allah.
Tazkiyatun Nufuz        =              Penyucian Jiwa
Tazkiyatul Qulub         =              Penyucian Hati
Zikrullah
Kaffarah                       : Penghapus Dosa
Jala’ul Qulub                : Pembersih hati
Muraqobah                 : Kontemplasi, Pemusatan pikiran
Bahwa suluk kepada Allah Swt ; Shalat, Tilawah Alqur’an, Zikir Lisan, Tashawur (Tafakkur) dalam Tasawuf disebut Muraqobah),  (Edisi 003. ZD Lubis)

SUSUNAN REDAKSI

SUSUNAN REDAKSI 
Pelindung                : Sutrisman, Bc.IP, SH 
Ketua                      : Maulana Lutfianto Amd IP SH. 
Wakil Ketua             : David Anderson Amd IP SH
Bendahara               : Masrialdi
Team Redaksi         : Eddy Junaedi, ZD Lubis, Ridwan M. Thayib 
Editor                     : Heri Fadrianto M. Ag 
Alamat                    : Jl. Trans Tembesi – Barelang B A T A M Kepulauan Riau.

●Khusus untuk kalangan sendiri, Lapas Klas II A Batam, Terbit setiap hari Jum’at. Setelah dibaca simpanlah, atau berikan pada teman yang belum membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

BERITA NASIONAL TERBARU